Jumat, 27 Mei 2011

PPWI Terus Gebrak Sumatera


KOPI, PEKANBARU - Setelah sukses menggelar seminar internasional di Padang Panjang, Siak, dan Sawahlunto, PPWI terus meningkatkan intensitas gebrakannya di Sumatra. Kali ini Kota Pekanbaru yang jadi target operasi.

Seminar yang akan digelar pada tanggal 1 Mei mendatang, bertajuk, Guru Kreatif, Menuju Pendidikan Berkualitas Internasional. Sebuah seminar berbasis guru dan pelaku pendidikan. Sebuah upaya peningkatan kualitas guru sebagai ujung tombak maju-mundurnya dunia pendidikan di nusantara ini.

Yerwinda Lalengke, sekretaris panitia penyelenggara, saat dihubungi pewarta-indonesia melalui telepon genggamnya, mengatakan, seminar pendidikan ini diselenggarakan atas kerjasama antara PPWI dan lembaga Mahasiswa Kreatif, sebuah perkumpulan mahasiswa di Kota Bertuah itu. Gedung Pustaka Wilayah Riau, Soeman HS, dipilih menjadi tempat digelarnya seminar itu.

Saat ini, lanjut mahasiswi Universitas Islam Riau yang sehari-hari dipanggil Winda itu, panitia penyelenggara tengah mengupayakan rekomendasi penyelenggaraan dari Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru. “Kita berharap, setelah rekomendasi itu diterbitkan oleh pihak Dinas Pendidikan, panitia akan segera melakukan segala sesuatu terkait persiapan seminar ini, termasuk sosialisasi kegiatan dan menyebarkan undangan seminar ke lembaga-lembaga pendidikan yang ada di kota ini,” ujarnya.

Seminar ini, akan dinarasumberi oleh Prof. Dr. J. Philip, tokoh pendidikan, sekaligus penasehat kongres Amerika. Selain itu, Wilson Lalengke, S.Pd, M.Sc, MA, tenaga pengajar pada Universitas Bina Nusantara, yang juga ketua umum Dewan Pengurus Nasional PPWI, Dra. Hj. Maimanah Umar, Anggota DPD RI, dan Kasmani Dollah, tokoh pendidikan dan tenaga pengajar pada beberapa lembaga pendidikan tinggi di Singapura, akan ikut menjadi narasumber.

Terkait materi seminar, Winda menyampaikan, penyelenggara telah menetapkan materi seminar adalah Education in the USA, an Overview on How to be Good and Creative Teacher; Guru Kreatif sebagai Kunci Keberhasilan Peningkatan Kualitas Pendidikan Indonesia; Mewujudkan Kejayaan Daerah Melalui Pendidikan Berkualitas Internasional; dan Education and Teacher Quality in Singapore as Developed Country.

Seminar yang digelar PPWI di Pekanbaru itu, merupakan suatu bentuk pengabdian kepada masyarakat. Khususnya pada bidang pendidikan, PPWI berniat untuk selalu ikut ambil bagian dalam peningkatan kualitas, baik terhadap guru dan tenaga kependidikan, maupun pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum. (nova)

Jumat, 06 Mei 2011

Penasehat Kongres Amerika Kunjungi SMK Kansai


Oleh : Yerwinda Lalengke
KOPI, Prof. Dr. J. Philip, PhD, seorang penasehat kongres Amerika Serikat berkenan mengunjungi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kansai Internasional School yang berlokasi di Jl. Damai, Panam, Pekanbaru, Provinsi Riau, Sabtu (30/4) lalu. Dalam kunjungan sehari itu, Philip yang tidak fasih berbahasa Indonesia ini, berbagi pengalaman, pengetahuan, dan wawasan internasional kepada para guru dan siswa di sekolah tersebut. Pertemuan yang dihadiri seluruh guru dan siswa yang berjumlah lebih dari 1.200-an ini berlangsung dengan sangat bersahabat, santai, dan lancar.
Pada sesi tanya jawab, para siswa dengan antusias bertanya seputar bagaimana meningkatkan kemampuan diri yang dipunyai, juga kita menggapai impian atau cita-cita yang diidamkan, hingga peluang mendapatkan beasiswa belajar di luar negeri, terutama beasiswa dari Amerika Serikat. Dengan gaya seperti seorang sahabat lama, Prof. Philip memberikan penjelasannya, dikaitkan dengan pengalaman beliau menggapai cita-cita pribadinya, semisal bagaimana ia berusaha mendapatkan penghargaan Guinness Book of Record, penghargaan dari Presiden (the President Ronald Reagan Gold Medal), penghargaan kongres Amerika (the US Congressional Gold Medal), dan lain-lain.
Berkenaan dengan kiat mendapatkan beasiswa, Philip menekankan pentingnya setiap siswa, termasuk guru, untuk memantapkan kemampuan berbahasa Inggris, karena hanya dengan kemampuan komunikasi bahasa internasional yang baik, seseorang bisa layak mendapatkan kesempatan belajar ke jenjang lebih tinggi di luar negeri dengan dukungan beasiswa Amerika, seperti dari Aminef-Fulbright dan Ford Foundation.
“You have to improve you skill in English, and get high score on TOEFL. Only by that way you will get more chance to gain study abroad sponsored by American scholarship, like Aminef-Fulbright, Ford Foundation, and so,” ujar Philip.
Sebagaimana diketahui bahwa SMK Kansai adalah sebuah sekolah swasta yang dikelola oleh Yayasan Kanada-Sakura-Indonesia (Kansai) Riau, berdiri sejak tahun 2003, yang membuka beberapa program kejuruan, seperti otomotif, elektronika, akuntansi, dan teknologi informasi. Beberapa keunggulan yang dikembangkan di sekolah ini, antara lain: pembudayaan disiplin dan hidup bersih yang mengadopsi budaya hidup orang Jepang, budaya belajar dan bekerja keras, serta penguasaan bahasa asing yakni bahasa Jepang dan Inggris. Kedua bahasa itu selalu digunakan sebagai bahasa pengantar, termasuk dalam acara-acara seremonial seperti acara kunjungan Prof. Philip Sabtu lalu itu, MC sebanyak 3 orang siswa yang secara bergantian membawakan acara dalam 3 bahasa, Inggris, Jepang, dan Indonesia.
Pada Desember 2007 lalu, SMK Kansai International School dikunjungi untuk pertama kali secara resmi oleh orang asing dari Jepang, yakni Mr. Katsujiro Ueno, Sekretaris Perhimpunan Persahabatan Indonesia – Tochigi (Jepang). Pada kesempatan tersebut, Sensei Ueno yang juga merupakan salah satu guru asing jarak jauh SMK Kansai dengan senang hati berbagi ilmu kehidupan Jepang kepada siswa-siswi di sekolah ini. Hingga saat ini, Sensei Ueno juga masih tetap menjadi bagian dari SMK yang sudah menamatkan siswa sebanyak 5 kali tersebut.
Pada kedatangan Philip ke sekolah tersebut, diharapkan motivasi belajar dan berkarya dari para siswa, juga guru di sekolah ini, akan lebih meningkat dan produktif. Hal itu terutama juga didukung oleh kesediaan Prof. Philip untuk menjadi salah satu penasehat asing bagi SMK Kansai International School. Penambahan istilah International School di belakang nama SMK Kansai ini diberikan oleh Philip pada pertemuan yang baru lalu.
Pada kesempatan yang sama, Kepala SMK Kansai, Sudarman, S.Pd menyatakan rasa bahagia dan bersyukur atas kunjungan Prof. Philip, yang juga adalah diplomat paruh waktu bidang hak azasi manusia di Asia Tenggara. “In your very busy time, you come to visit SMK Kansai, thank you very much Prof. Philip,” kata Sudarman dalam bahasa Inggris yang cukup baik yang disambut dengan tepuk tangan meriah dari para siswa pertanda senang. “We hope you would like to come to our school again,” harap Sudarman.(WL-YL)

Rabu, 04 Mei 2011

Kunjungan anggota DPR ke Australia dinilai sia-sia belaka



VIVAnews – Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) menilai, kunjungan kerja komisi VIII DPR RI yang dipimpin oleh Abdul Kadir Karding ke Australia tidak bermanfaat atau sia-sia. Selain memboroskan anggaran negara, banyak hal tidak efektif terkait kunjungan yang dilakukan sejak Rabu 26 April sampai dengan Senin 2 Mei 2011 tersebut.

Sikap PPIA tertuang dalam lima analisa dan rekomendasi khusus hasil perjalanan 16 anggota komisi VIII ke Australia dalam rangka menggodok RUU tentang Fakir Miskin. Pertama, RUU penanggulangan fakir miskin (PFM) tidak diperlukan karena telah ada UU Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) tahun 2004 dan UU Kesejahteraan Nasional (2009).

“DPR harusnya memastikan implementasi UU SJSN dan UU Kesejahteraan Sosial sebelum membuat sebuah draf baru yang berusaha mengelola isu kebijakan sosial untuk fakir miskin,” tulis PPIA seperti dalam rilis yang diterima oleh VIVAnews.com, Selasa 3 Mei 2011.

Kedua, menurut mereka, pemilihan Australia sebagai tempat studi banding adalah tidak relevan. Seharusnya, untuk belajar penanggulangan kemiskinan, anggota DPR lebih baik belajar di negara-negara yang memiliki kedekatan sejarah, sosial dan budaya dengan Indonesia seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, China dan India.

“Dalam hal ini, kami menyayangkan kepergian Tim Panja ke Australia,” dalam rilis yang ditandatangani Ketua Umum PPIA, Mochamad Subhan Zein.

Ketiga adalah terkait dengan jumlah rombongan yang dinilai mubazir, sehingga melakukan pemborosan anggaran. Keempat, perolehan informasi yang seharusnya bisa di dapat di Indonesia. Kelima, kendala bahasa. Banyak anggota DPR yang tidak cakap berbahasa Inggris.

“Metode ceramah yang dilakukan seharusnya bisa dilakukan di Indonesia. Dan materi-materi yang dipaparkan pun bisa didapatkan melalui situs di internet,” kata PPIA.

Atas hal tersebut, PPIA menyampaikan beberapa rekomendasinya untuk kebaikan bangsa Indonesia ke depan. Di antaranya adalah rombongan yang berangkat haruslah memiliki kualifikasi yang baik dalam hal bahasa. Anggota yang tidak mempunyai kualitas, harus dilarang ikut bepergian ke luar negeri. Kemudian, DPR RI seharusnya mengoptimalkan sumber informasi dari internet di mana mereka telah memiliki situs tersendiri.

Sementara itu, Abdul Kadir Karding, Ketua Komisi VIII yang memimpin rombongan belum bisa dihubungi melalui teleponnya.

ntah iyo antah indak

my friends in the seminar internasional



selamat dan sukses kawan2.