Senin, 21 Februari 2011

Menulis dan Tulisan, Sebuah Alternatif

Jumat, 13 Agustus 2010 10:51 Wintari

Bismillahirrohmanirrohim..

Pewarta-Indonesia, Pertanyaan yang sangat sering ditanyakan peserta seminar/workshop/talk show/acara-acara kepenulisan yang menghadirkan penulis hebat (ya iyalah) salah satunya adalah "kapan mulai senang menulis?"

Dan jawaban yang sering diberikan oleh sang narasumber biasanya : "kalau mulai suka menulis sih, sejak dulu banget pas masih kecil, senang bikin diary, ngisi mading di sekolah, kirim ke media, bikin buku dst sampai jadilah saya seperti saat ini"
Dengan beberapa tambahan sana sini atau dengan penyampaian yang berbeda, pada dasarnya beberapa penulis yang (Alhamdulillah) pernah saya 'rampok' rata-rata menjawab seperti itu. So, bisa disimpulkan menulis itu memanglah kegiatan yang harus dilatih terus menerus dan butuh waktu lama untuk mencapai predikat 'mahir'. Tak bisa orang yang baru menulis kemarin sore lalu bisa mencetak buku best seller (kecuali jika dia sedang beruntung plus pembeli buku banyak yang salah beli buku. hehe)

Menulis atau bahkan sekedar menyukai kegiatan menulis sebenarnya memang harus dimulai dari awal jika ingin menjadi penulis. Maka tak salah jika Afifah Afra sudah aktif menulis dan mengirim ke media semenjak masih SMP dan teh Imun (Maimon Herawati) lebih suka membuat cerpen daripada mencatat pelajaran kimia (yang ini baik nggak ya? hihihi).

intinya, seperti slogan di salah satu website "semua penulis hebat pasti berawal dari belajar menulis!".

Nah, berbicara mengenai sejak kapan aku suka menulis. hmm.. pertanyaan langka, nih!
ada yang tanya ke aku tentang itu tapi jarang. jadi aku tanyain ke diriku sendiri aja deh. hehe. melas banget, sih?

okay, aku mulai suka menulis (selain menulis apa yang ada di papan tulis, yang dituliskan oleh guru atau sekretaris kelas) seingatku sejak SD. Dulu bahkan saking pengennya beli buku diary tapi nggak kesampean, karena alasan bayar SPP lebih penting dari beli diary tentu saja, Aku sampai-sampai motong-motong buku tulisku yang masih kosong namun sudah tidak terpakai. Misal ada 1 buku untuk pelajaran Bahasa Daerah, sampai 1 tahun pelajaran selesai materi yang kucatat nggak sampai seluruh isi buku itu, maka halaman-halaman yang kosong itu akan kugunting-gunting. Ukurannya kusesuaikan dengan ukuran diary teman-temanku yang biasa dipamerkan padaku. Kecil dan berkesan 'rahasia'. Maka kertas-kertas tadi biasanya akan ku staples (dengan staples pinjaman dari tetangga) dan sampulnya pun kuambil dari sampul buku yang tidak terpakai. jadilah sebuah diary!

Dalam mind set ku dulu, diary itu adalah BUKU KECIL yang digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian yang kita alami dalam 1 hari dan sifatnya rahasia. Hanya penulis dan Tuhan yang tahu isinya. Diary itu seperti sahabat yang setia mendengarkan semua cerita-cerita kita namun di akhir perbincangan kita sebagai pencerita harus 'mengunci' mulut sang sahabat agar tak diceritakan orang lain. Apalagi beberapa diary kan dilengkapi dengan gembok (dan teman-temanku selalu menyembunyikan kunci gemboknya saat memamerkan diarynya padaku) sungguh rahasia!

sebagian pikiran itu benar (menurutku) sampai sekarang, diary adalah media untuk menuangkan semua yang ada di pikiran dan hati kita minimal dalam 1 hari, maksimal tidak terbatas. bahkan bisa berisi catatan perjalanan hidup kita mungkin. Tapi masalah 'rahasia' dan 'gembok' tadi sepertinya agak salah, deh! buktinya sekarang justru banyak orang ingin diarynya dilihat orang lain, tak dikasih 'gembok' atau tulisan 'rahasia' di bagian depan. Blog contohnya. Diary justru adalah sarana menyampaikan isi hati dengan tulisan sekaligus dengan orang lain tanpa bicara sepatah kata pun padanya (asal dia membaca).

Dan, setelah berputar-putar tak tentu arah, inilah maksud tulisanku ini sebenarnya:

Berawal dari suka menulis diary dan 'rahasia' termasuk bagaimana aku mengganggap orang lain mulai mengidolakan, membenci, sebel, marah dan sebagainya dan sebuah bab di buku PERUBAHAN ITU INDAH tentang diary mengenai orang lain (aku lupa pengarang buku itu siapa, pokoknya aku membaca buku itu di Perpustakaan SMK N 1 Ngawi, kalau pengen baca pinjam kesana aja ya.) aku jadi terpikir untuk menyatukan potongan-potongan kisah di diaryku yang isinya tentang 1 orang menjadi 1 diary baru.

Misalnya saja, selama 3 tahun bersekolah di SMK aku punya 1 guru favorit, aku sering menulis tentang beliau namun tentu tidak setiap hari. Mungkin saat aku diajar beliau di kelas 1, saat kelas 2 beliau pindah, saat nggak pernah ketemu beliau dan kita cuma sms an, de es be. Nah tulisan tentang beliau kan pencar-pencar tuh, aku satuin aja jadi 1 kesatuan baru dan aku salin dalam 1 diary baru khusus tentang beliau.

Dengan tambahan dan pengurangan di beberapa tempat tentunya. Ini juga sekaligus cara yang baik untuk mengoreksi tulisan kita sendiri karena saat tulisan itu sudah lama tidak kita baca maka kita bisa menilai tulisan kita sendiri dengan lebih objektif. Berbeda dengan jika setelah menulis kita langsung mengedit tulisan kita, yang terjadi adalah terkadang kita masih menggunakan sudut pandang kita sendiri (sebagai penulis) sehingga sulit menemukan kesalahan. sementara saat kita membaca tulisan lama kita maka kita akan merasa sebagai pembaca, bukan penulis lagi.

kembali ke 'Diary 1 orang' tadi. Aku pernah 2 kali membuat diary semacam itu dan Alhamdulillah sukses besar!

pertama aku membuat (atau lebih tepatnya menyalin) diary tentang kakak kelasku yang dekeettt banget sama aku kayak adik n kakak kandung. Namanya Mbak Alvhy. kutulis ulang semua hal tentang mbak Alvhy di diary ku pada sebuah diary baru. kuceritakan sedetail mungkin dan dengan sudut pandang 'aku' tentu saja. persis seperti diary. jadi saat mbak Alvhy membacanya maka seolah-olah dia sedang membaca diaryku. bukan membaca tulisanku untuknya. tapi membaca tulisan yang berisi obrolanku dengan diriku sendiri dan dengan Tuhan. itu saja!

beberapa hari setelah membaca diary itu mbak Alvhy bilang padaku bahwa dia menangis membaca beberapa kisah. Diantaranya tentang kakakku yang meninggal dunia dan akhirnya mbak Alvhy datang menjadi 'kakak' dari Tuhan, meski hanya adik dan kakak tingkat, kami memang sudah seperti adik kakak kandung.

*So, tulisan yang dibuat dari hati akan sampai ke hati (seperti kata teh Imun dan mbak Titaq). ketika menulis diary tentu kita tak pernah setengah-setengah. semuanya ditulis lengkap. ditulis apa adanya untuk mengeluarkan isi hati kita pada saat itu. bukankah itu fungsi utama diary?

jadi bisa dibayangkan jika tulisan yang blak-blakkan itu dibaca oleh orang yang kita tulis dalam diary kita. walau itu hanya sebaris kalimat
"hari ini aku ketemu mbak Alvhy, trus aku curhat tentang masalahku dan temen-temen sekelas, mbak Alvhy asyik banget deh buat diajak curhat....." misalnya.

Mungkin itu biasa bagi penulisnya namun akan terasa luar biasa bagi si 'tokoh' karena ia akan merasa dirinya bermanfaat. sebaliknya jika kita menulis
"uh, sebel deh! masa mbak Alvhy nggak bales sms-ku. padahal aku tadi pengen cerita...." misalnya,

jika aku menjadi mbak Alvhy yang membaca tulisan itu, maka kebiasaan tidak membalas sms setidakya akan aku kurangi.

yang kedua aku pernah 'membuat' diary juga untuk salah seorang guru di SMK N 1 Ngawi, Bu Endang namanya. beliau adalah salah satu guru favoritku. mirip dengan apa yang kulakukan di Diary Mbak Alvhy tadi, kusalin semua tulisan tentang bu Endang itu pada sebuah diary baru. tak ada yang ditutup-tutupi entah itu baik/buruk.

*ini juga salah satu cara mengapresisasi orang lain, lo. tapi tak boleh juga terlalu banyak menulis hal-hal buruk sehingga dikhawatirkan orang yang akan kita kasih tulisan justru menganggap kita tak suka padanya. intinya harus pas!

setelah 2 hari menyelesaikan membaca Diary dariku itu, sebuah sms dari bu Endang menjadi 'testimoni' untuk karyaku yang satu itu, begini kira-kira tulisnya:
"45 tahun perjalananku. inilah hadiah paling unik dan luar biasa yang pernah kuterima. terima kasih, Nak!"

bisa dibayangkan bagaimana rasanya mendapat sms seperti itu dari idola kita?
subhanallah. luar biasa!

So, masih berpikir untuk 'mengunci' diary kita?
coba pikir lagi deh..

Selamat menulis!
Winwin, dengan semangat menulis yang berapi-api.

kelok sambilan

Panduan Praktis Untuk Citizen Reporter Pemula


Pewarta-Indonesia, Ulasan singkat ini diinspirasi oleh “curhat” seorang sahabat yang kuliah S-2 di Amerika. Katanya ingin sekali menuliskan apa yang ada di dalam pikirannya. Tetapi berkali-kali mencoba menuangkannya di kertas atau di komputer, berkali-kali juga ia “merasa” gagal. Ini hal yang lumrah dan sangat manusiawi. Hampir semua orang mengalami situasi seperti itu. Bahkan, belum pernah terjadi dalam sejarah seorang penulis berbakat langsung berhasil tenar dengan hasil karya yang bagus. Pasti melalui hambatan dan kegagalan. Mereka kemudian belajar dari pengalaman pahitnya itu, untuk selanjutnya keluar sebagai penulis bernilai emas.
Jadi, bila Anda mengalami hal yang sama, jangan sedih. Anda tidak sendirian. Tulisan ini ditujukan bagi Anda, penulis pemula atau penulis orang biasa. Memang ia tidak dimaksudkan untuk mengajari Anda hingga tuntas dan menjadi penulis yang diidolakan di mana-mana. Ini sekedar menjadi panduan awal untuk “memecah” kebuntuan saat Anda para pemula mulai duduk dan menuliskan sesuatu. Yang pasti, kemauan membara di dalam dada untuk menuangkan ide di pikiran Anda ke dalam bentuk tulisan, sesederhana apapun ide itu, sudah menjadi modal awal yang paling ampuh dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, saat ada kemauan menulis muncul di hati, silahkan ambil kertas dan pinsil atau pena, atau bagi yang punya komputer silahkan dengan komputer, dan mulailah menulis.
Ketika Anda siap untuk menuangkan tulisan, ingat-ingatlah satu hal: tulisan tidak perlu panjang-panjang belasan paragraf. Dua atau tiga alinea sudah cukup. Pembaca justru lebih senang membaca berita yang singkat-singkat. Yang paling penting adalah mereka mendapat informasi dari bacaannya. Untuk itu, berilah pembaca informasi tentang apa yang ada di pikiran Anda. Umumnya, informasi yang diinginkan seseorang terdiri dari enam unsur, yang disingkat dengan formula 5W+1H. Bila Anda sudah bisa menjawab pertanyaan seputar 5W+1H, maka sukseslah Anda sebagai penulis, setidaknya penulis berita (hard-news)
Pertama, pertanyaan WHAT atau tentang apa? Peristiwa atau masalah apa yang akan Anda sampaikan ke Pembaca. Sampaikan saja seperti seorang menceritakan kejadian yang dilihatnya. Tuliskan masalah atau pokok persoalan apa yang ingin disampaikan kepada pembaca. Mungkin dalam 2 atau 3 kalimat sudah cukup.
Kedua, pertanyaan WHERE atau dimana? Dimana peristiwa itu terjadi atau di lingkungan mana persoalan pokok yang sedang Anda bahas terjadi. Dalam menceritakan tempat kejadian, pasti akan panjang apabila Anda secara detil menunjukkan tempatnya. Semisal di jalan apa, nomor berapa, keadaan tempat itu sepi atau ramai, apa objek yang bisa dijadikan penanda tentang tempat itu, misalnya dekat kantor polisi, gedung tua, perkebunan teh, kaki gunung atau apa saja yang masyarakat banyak tahu.
Ketiga, pertanyaan WHY atau mengapa? Informasi tentang alasan atau penyebab sesuatu kejadian harus terjadi adalah penting dikemukakan dalam tulisan Anda. Demikian juga saat menulis artikel tentang suatu masalah. Latar belakang masalah menjadi salah satu kunci penting yang perlu diungkap dan dituliskan. Dalam banyak artikel, unsur WHY juga mencakup tujuan sebuah peristiwa harus terjadi (dilakukan).
Keempat, pertanyaan WHO atau siapa? Cerita kita tentu akan bersangkut-paut dengan benda, terutama orang, tapi tidak harus. Binatang yang jadi objek berita Anda juga tergolong dalam kriteria siapa. Demikian juga dengan tanaman, atau mungkin objek benda mati, seperti saat menceritakan istana kerajaan, kebun apel, dan lain-lain. Akan tetapi, walaupun yang menjadi objek itu adalah binatang, tumbuhan, dan benda mati, pada akhirnya kita juga perlu menginformasikan siapa orang-orang yang terkait dengan objek cerita Anda, semisal penjaga kebun, pemimpin Negara, penanggung jawab persoalan, dan seterusnya.
Kelima, pertanyaan WHEN atau kapan? Lebih detil menceritakan waktu kejadian perkara, tentunya akan lebih baik. Dan lagi akan lebih memperpanjang kalimat-kalimat Anda. Jadi, keakuratan pengingatan “jam tayang” kejadian akan amat membantu Anda dalam menuliskan beritanya. Mungkin akan lebih membantu juga, bila waktu kejadian itu dihubungkan dengan waktu kejadian perkara yang lain. Semisal, kejadiannya hari ini Anda hubungkan dengan kejadian serupa di minggu yang lalu, di tahun lalu, dan seterusnya.
Keenam, pertanyaan HOW atau bagaimana? Sebagian orang mengawinkan pertanyaan bagaimana dengan pertanyaan mengapa (WHY). Menjawab tentang bagaimana sebuah proses dari masalah pokok atau sesuatu kejadian yang Anda angkat dalam artikel terjadi. Menceritakan suatu kejadian yang dialami sendiri akan lebih mudah daripada menuliskan kejadian yang dialami oleh orang lain. Untuk itu, biasanya perlu bertanya pada orang yang menjadi objek cerita. Di sinilah peran penulis mewawancara sumber berita dibutuhkan. Jika tidak perlu wawancara, maka uraikan saja proses kejadian itu yang Anda ketahui. Kalau proses peristiwanya berdurasi cukup lama, tentunya tulisan Anda menjelaskan “bagaimana” akan menjadi panjang juga. Semakin lengkap akan semakin bagus.
Berikut contoh sebuah berita untuk sekedar jadi panduan para pendatang baru di dunia jurnalistik. Berita ini diurutkan mulai dari pertanyaan apa hingga unsur bagaimana. Anda bisa membolak-baliknya sesuai kebutuhan atau penekanan yang diinginkan. Namun umumnya pembaca ingin menerima informasi tentang “apa” terlebih dahulu, baru kemudian disusul informasi lanjutannya.
Judul artikel/berita: Perkawinan Massal di Desa Kenangan
Perkawinan adalah sesuatu yang diinginkan oleh hampir semua orang. Banyak orang malah ingin cepat-cepat menikah setelah ketemu pasangan atau jodohnya. Mereka berhasrat untuk berkeluarga dan membangun rumah tangga yang bahagia. Demikianlah juga bagi para warga desa Kenangan yang melangsungkan pernikahannya beberapa waktu lalu. (Unsur pertama: apa? Jawabannya: perkawinan).
Desa Kenangan adalah sebuah desa terpencil. Jauh dari kebisingan perkotaan. Terletak di kaki gunung Kayangan yang jarang sekali dikunjungi masyarakat dari luar. Kota terdekat yang biasanya dikunjungi warga Kenangan untuk belanja keperluan sehari-hari adalah Kota Nirwana. Karena jarang ada kendaraan umum, masyarakat menempuhnya dengan berjalan kaki ke kota yang biasanya membutuhkan waktu lebih dari setengah hari. (Unsur kedua: dimana? Jawabannya: desa Kenangan).
Umumnya pemuda dan pemudi di desa itu tumbuh bersama sejak masa kanak-kanak. Karena akses masyarakat ke desa itu agak sulit, maka muda-mudi di sana selalu berusaha mendapatkan jodoh dari antara sesama teman sepermainannya. Hal yang unik terjadi ketika mereka yang sebaya tersebut selalu bersepakat untuk menikah bersama-sama. Acara menikah massal ini juga dimaksudkan untuk memudahkan para pemuda dan orang tua mereka dalam urusan biaya pernikahan. (Unsur ketiga: mengapa? Karena mereka terdiri dari teman sebaya yang tumbuh bersama, jauh dari akses mencari pasangan dari daerah lain, dan biaya murah.)
Hari itu, Budiman (21) dan beberapa pasang kawannya melangsungkan pernikahan bersama atau massal. Budiman adalah lelaki bujang yang mempersunting Budiwati (20), gadis kembang desa teman sekelasnya di sekolah dasar dulu. (Unsur keempat: siapa? Pemuda-pemudi desa Kenangan. Secara khusus adalah Budiman, Budiwati, dan kawan-kawan.)
Saat itu adalah hari Senin pahing, tanggal 3 Juli 2006, penulis bersama seorang teman berkunjung ke desa ini. Cuaca cerah sepanjang hari. Rupanya di desa itu sedang ada pesta pernikahan bagi pasangan Budiman dan kawan-kawannya. Prosesi perkawinan dimulai dari pagi menjelang siang hari. Malam harinya dilanjutkan dengan acara muda-mudi ala desa Kenangan. (Unsur kelima: kapan? Jawabanya: Senin pahing, tanggal 3 Juli 2006, dari pagi hingga malam hari).
Seperti layaknya pesta di tempat lain, kemeriahan juga mewarnai pesta perkawinan massal di desa terpencil itu. Dari pagi, masyarakat berbondong-bondong ke balai desa untuk persiapan prosesi perkawinan beberapa warga muda-mudi mereka. Masyarakat bekerja bergotong-royong dalam menyemarakkan pesta tersebut. Kelompok musik desa juga berpartisipasi sehingga keramaian makin menggema oleh alunan musik pengiring pasangan-pasangan mempelai yang sedang dinikahkan. Kegiatan ini berlangsung sangat meriah hingga larut malam sambil ditemani penganan, makanan dan minuman ala desa Nusantara. (Unsur keenam: bagaimana? Jawabannya: gotong royong dan meriah).
Dari contoh di atas, kata-kata kunci yang menjadi jawaban untuk kelima unsur 5W+1H dapat diurutkan sebagai berikut:
1. What? Jawabannya: perkawinan.
2. Where? Jawabannya: di desa Kenangan.
3. Why? Jawabnya: karena teman-teman sebaya
4. Who? Jawabannya: Budiman dan Budiwati.
5. When? Jawabannya: Senin, 3 Juli 2006.
6. How?Jawabannya: dengan cara bergotong-royong dan meriah.
Ketika Anda sudah bisa menyusun pertanyaan dan jawaban seperti ini, maka akan memudahkan dalam menuangkan beritanya dalam bentuk tulisan. Masing-masing pertanyaan tidak harus untuk satu paragraf. Bisa saja 2 pertanyaan dicakup dalam satu paragraf saja. Atau sebaliknya satu pertanyaan dituangkan dalam 2 atau 3 paragraf.
Untuk dunia pendidikan misalnya, Anda dapat mengulas kegiatan yang berlangsung di sekolah Anda. Contoh pertanyaan dapat seperti ini:
Topik atau judul : Pelatihan Ketrampilan Komputer Bagi Guru
1. What? Jawabannya: pelatihan komputer.
2. Where? Jawabannya: di SD Swasta Nirwana.
3. Why? Jawbannya : karena ketrampilan menggunakan komputer sangat diperlukan.
4. Who? Jawabannya: Guru dan Karyawan.
5. When? Jawabannya: Senin – Sabtu, 3 – 8 Juli 2006.
6. How? Jawabannya: praktek langsung menggunakan komputer.
Bagi mereka yang berminat jadi reporter olahraga atau kegiatan sejenis, semisal pementasan kejuaraan seni, lomba nyanyi, dan sebagainya, juga dapat mengikuti formula itu. Sebagai contoh, simak urutan pertanyaan dan jawaban berikut. Perlu diingat bahwa urutan itu boleh bertukar satu sama lain, yang jelas kelima unsurnya termuat dalam tulisan Anda.
Topik atau judul : Lomba Seni Lukis Antar SD di Kota Nirwana
1. What? Jawabannya: lomba seni lukis.
2. Where? Jawabannya: di kantor walikota.
3. Why? Jawabannya: meningkatkan minat di bidang seni lukis
4. Who? Jawabannya: murid-murid SD.
5. When? Jawabannya: Senin, 3 Juli 2006.
6. How? Jawabannya: menggambar pemandangan menggunakan rumput kering.
Keraguan lain yang sering muncul adalah bahwa kita sering bertanya apakah ide itu layak untuk ditulis atau tidak. Hakekatnya, semua hal bisa ditulis, bagaimanapun sederhananya ide itu. Bila pernah terdengar kalimat ini “anjing gigit orang, bukan berita; orang gigit anjing, itu baru berita.” Maksud utama ungkapan itu adalah, bahwa kejadian yang terjadi berulang-ulang dan sudah biasa dianggap tidak bernilai berita. Walaupun sesungguhnya tidak selamanya benar. Menceritakan kegiatan rutin belajarmengajar di kelas, tentu tidak menarik. Tetapi jika hari itu kegiatan belajarnya berbeda dari hari-hari lainnya, semisal dilakukan dengan mengunjungi panti jompo, maka ia bernilai berita. Demikianlah juga pada kegiatan bidang lainnya.
Kualitas tulisan akan berangsur meningkat ketika Anda selalu dan selalu tanpa henti menulis ide yang ada di pikiran Anda. Banyak membaca buku dan tulisan orang lain akan sangat membantu meningkatkan daya imajinasi penulisan berikutnya. Perlu juga dilakukan analisa dan kritik sendiri tulisan Anda, benahi disisi-sisi yang terasa masih bisa ditambahkan informasinya. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi kemajuan para Penulis pemula.

Setan merapi atau yang disebut makluk gaib penunggu gunung merapi, ada beberapa penunggu merapi menurut mitos setempat. Mahluk Gaib Penunggu Merapi, Jin dan para penunggu merapi diyakini sedang meminta tumbal alias...

sesajen hingga terjadi musibah bencana letusan merapi dan luapan awan panas alias wedus gembel hingga abu vulkanik merapi yang kini meluas kemana mana. namun ini merupakan mitos kepercayaan saja. tapi tidak ada salahnya bagi anda yang penasaran ingin mengetahui nama nama jin mahluk gaib penunggu merapi.