Sabtu, 04 Pebruari 2012 23:50 | Oleh : Muhammad Doni
KOPI - Indonesia merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman adat dan budaya. Meskipun berbeda-beda, namun tetap bersatu padu sesuai prinsip Bhineka Tunggal Ika. Dari sudut pandang ini, kita dapat mempelajari salah satu ajaran Adat dan Budaya Alam Minangkabau yang mempunyai keunikan dan menarik tentang “Tau Jo Nan Ampek” atau pengetahuan yang empat pola pikir hidup yang perlu diarahkan menuju kebaikan dan kebersamaan. Istilah ini merupakan salah satu Pengetahuan dalam bentuk kiasan, pepatah, petitih, dan pribahasa yang mencerminkan dalam bertingkah laku, syarat seorang pemimpin, penampilan seorang pemimpin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Salah satu tokoh Minangkabau Bung Hatta wakil presiden pertama Indonesia, merupakan tokoh Minangkabau yang memiliki karakter kepemimpinan yang cerdas, dapat dipercaya, tokoh, dan tekun dalam perjuangannya untuk kemerdekaan Indonesia. Dari sosok bung hatta ini, tercemin contoh tentang pengetahuan “Tau Jo Nan Ampek” dalam kepribadian dan kehidupannya. Semoga pemimpin indonesia masa depan memiliki jiwa kepemimpinan yang baik dalam bertingkah dan penampilannya.
“Tau Jo Nan Ampek” atau Pengetahuan Yang Empat adalah bagian dari adat dan budaya minangkabau. Pengetahuan yang empat menurut adat minang adalah aspek berhubungan dengan normatif. Sedangkan pengetahuan yang empat menurut budaya adalah aspek yang berhubungan dengan perilaku manusia, yang saat ini sudah hampir hilang ditengah-tengah peradaban manusia dari pengaruh globalisasi.
Jati diri orang Minangkabau dibangun dari adat, agama, dan ilmu. Orang Minangkabau mempunyai tiga jati diri, yaitu punya emosional yang stabil yang bersumber dari adat, punya spiritual yang mantap yang bersumber dari agama, dan punya intelektual yang tinggi yang bersumber dari pendidikan. Apabila seorang Presiden masa depan memiliki ketiga aspek jati diri ini, maka presiden masa depan dapat dikatakan “Tau Jo Nan Ampek”.
Oleh karena itu, Presiden RI masa depan, alangkah baiknya belajar dari cara berpikir orang minang “Tau Jo Nan Ampek” atau pengetahuan yang Empat yang merupakan sendi dasar dalam berfikir, berucap, dan bertindak. Berangkat dari “tau jo nan ampek” yang merupakan kemampuan dalam mengenal (potensi) diri dan mengimplementasikannya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Kriteria Presiden Masa Depan:
Nan Empat Pertama, memiliki sifat Rasul yang harus ditiru :
Pertama, Benar (Shiddik) yaitu Kata “benar”berkaitan dengan ilmu, sehingga suatu yang benar belum tentu baik. Kata “baik”berkaitan dengan akhlak, sedangkan “indah” berkaitan dengan seni. Sesuatu yang indah belum tentu benar. Karena benar berkaitan dengan ilmu, manusia secara pribadi maupun bermasyarakat tak berhak untuk memonopoli kebenaran hakiki. Kebenaran hakiki hanya ada pada Allah karena Allah maha suci. Suci memiliki tiga kriteria yaitu baik, indah dan benar.
Kedua, Cerdas ( Fathonah) artinya lekas mengerti dan pandai mencari penyelesaian suatu masalah. Kepintaran diperoleh melalui pendidikan, namun untuk meningkatkan kecerdikan tidak ada pendidikan formalnya.
Ketiga, Menyampaikan (Tablig) artinya kegiatan untuk berkomunikasi, menyampaikan pemikiran ide dan nasihat adalah merupakan tugas pemimpin. Syarat seseorang untuk pandai berbicara ialah ia harus menguasai ilmu kata-kata seperti nan empat cara berkata, nan empat langgam kata, nan empat jenis kata, nan empat sifat kata, dan seterusnya. Ibarat sebuah pepatah “Bila bicara tidak munafik, Janji ucapan dapat dipegang, Saat mengatur tidak licik, Seluruh rakyat akan menjadi tenang”.
Keempat, Dapat dipercaya (Amanah) artinya memegang amanah, janji, sumpah, dan ucapan sekuat-kuatnya. Ibarat sebuah pepatah “Fathonah sifat kedua, Akalnya panjang sangat cerdas, Memimpin rakyat serta keluarga, Menyelesaikan masalah dengan tangkas”.
Nan Empat kedua, tentang Empat T Syarat seorang pemimpin yaitu :
T pertama, Tinggi tampak jauah, gadang jolong basuo. Artinya seseorang itu kelihatan tinggi dan besar disebabkan ketaqwaan yang tinggi dan keimanan yang tebal. Sebab dimata Tuhan manusia itu sama. Tetapi yang membedakannya adalah ketaqwaannya. Karena ketaqwaannya derajatnya tinggi, martabatnya mulia. Ia juga kelihatan punya kemampuan dalam memimpin, kelihatan menonjol dari orang kebanyakan, ia figur yang beda dari rakyat awam. Ia seorang “ka pai tampek batannyo, kapulang tampek babarito”.
T kedua, Tinggi disentak rueh, gadang dilintang pungkam. Artinya bahwa dia tinggi karena ruas kayu yang menyentak membawa tinggi, bukan karena dianjungkan dengan pot dan sebagainya. Ia punya integritas pribadi yang kokoh, punya visi dan misi yang jelas, punya wawasan yang cukup dangan syarat kapabilitas.Gadang dilintang pungkam, punya wibawa, kharismatik, berkarakter dan istiqomah.
T ketiga, Tinggi dek dianjuang, gadang dek diambak. Artinya orang banyak yang suka menonjolkannya, menyanjungkannya, memuliakannya, disetujui oleh kaum atau masyarakatnya. Diterima oleh semua pihak baik kawan maupun lawan, seperti sebuah pantun adat “Dahan kemuning biarlah patah, Asal mengkudu jangan punah, Pada lahirnya pemimpin yang disembah, Dalam bathin rakyat yang memerintah”.
T keempat, Tinggi sarantiang dahulu salangkah. Artinya dia dekat dengan rakyatnya, bila sudah jadi pemimpin ia tidak meninggalkan rakyatnya. Bila ia khilaf dan khilafat dia cepat kembali ke jalan yang benar. Bila ia dingatkan oleh rakyatnya, ia cepat mempertimbangkan untuk memperbaiki kesalahan yang terlanjur. Ia selalu memegang prinsip, Raja alim Raja disambah, Raja zalim Raja disanggah”.
Nan empat ketiga, tentang Penampilan calon pemimpin yaitu :
Pertama, Takah artinya Tampan, gagah, cakap, sikap, dan tingkah laku. Calon pemimpin yang baik hendaknya kelihatan tampan. Tampan bentuknya, gagah penampilannya, cakap pembawaannya. Di samping itu juga punya sikap yang baik dan tingkah laku yang menyenangkan. Ketakahannya itu hendaknya juga tercemin dalam rumah tangga dan diakui oleh sanak familinya.
Kedua, Takiak artinya Tarehan yang dalam-dalam batang kayu untuk berpijak bagi orang waktu memanjat. Seorang calon pemimpin itu bila jadi pemimpin kelak hendaknya dapat menaruhkan harapan hidup padanya. Tempat bertanya oleh orang dalam menjalankan usaha. Sebab, dalam bentuk masyarakat yang diperlukan perhatian, pengayoman, perlindungan, dan menjamin kepastian hukum. Dengan demikian terciptalah ketertiban, kedamaian, dan keamanan di tengah-tengah masyarakat banyak.
Ketiga, Tokoh artinya orang yang terkemuka dan kenamaan. Dalam masyarakat ia memegang peran ganda. Ia berperan di dalam keluarganya juga ia berperan di tengah-tengah masyarakat. Bahkan ketokohannya juga diakui dunia luar baik nasional maupun internasional. Tokoh yang ditampilkan itu adalah yang menguasai ilmu agama, ilmu adat, ilmu pengetahuan dan seni.
Keempat, Tekun artinya keras hati, bersungguh-sungguh. Orang tekun adalah orang yang rajin bekerja. Orang tekun adalah orang yang istikhomah dalam pendirian. Orang tekun adalah orang yang bersungguh-sungguh mengabdi dan berjuang untuk kepentingan umat manusia. Seorang calon pemimpin ketekunannya dapat dilihat pada prestasi yang diraihnya. Sebab, bila calon seorang pemimpin tidak tekun, maka ia sulit berhasil dan sukses waktu memimpin nantinya.
Dari kriteria “tau jo nan ampek” atau pengetahuan yang empat tersebut berjumlah duabelas, yang terdiri dari nan empat sifat Rasul yang harus ditiru, nan empak kedua tentang syarat-syarat seorang pemimpin, nan empat ketiga tentang penampilan calon pemimpin.Dari kriteria tersebut Presiden indonesia masa depan hendaknya memahami “tau jo nan ampek” atau pengetahuan yang empat yang terdiri dari, sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin, syarat seorang pemimpin, dan penampilan seorang pemimpin. Bila saja Presiden RI masa depan dapat memenuhinya, mudah-mudahan dapat membawa masa depan Indonesia menuju ke perubahan yang lebih baik, cerah dan akan mewujudkan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang ideal. (Muhammad doni).
Referensi :
www.pewarta-indonesia.com
Dt. Rajo Pengulu, M Sayuti. 2005. Tau Jo Nan Ampek. Mega Sari, Padang.