Jumat, 31 Desember 2010

Refleksi Akhir Tahun: Keluar Cangkang Menuju Tahun Pewarta Warga Indonesia 2011


KOPI, Menunggu hari, menunggu masa, menunggu binar jingga di ufuk timur pertanda hari baru segera tiba. Itulah kilasan rasa yang terjelma dalam hayal dan harap di benak kita masing-masing menjelang pergantian tahun, 2010 segera jadi kenangan digantikan 2011 dengan pesona penuh harapan. Pada titik ini, sebuah kilas balik dibarengi rancangan langkah ke masa depan seakan penting bagi semua kita, demikian halnya bagi organisasi wartawan masyarakat, PPWI (Persatuan Pewarta Warga Indonesia).

Tiga tahun telah berlalu bagi PPWI sejak dideklarasikan pada 11 November 2007. Di rentang masa tiga tahun itu, tidak berlebihan jika tahun ini, 2010, merupakan saat-saat penuh geliat-gerak bagi organisasi secara keseluruhan. Walau masih menyisakan beberapa agenda dan program kegiatan yang belum terselesaikan, namun 2010 telah memberikan bantalan hangat bagi perkembangan PPWI ke masa depan.

Pembentukan kepengurusan PPWI di beberapa wilayah telah menorehkan sesuatu yang amat penting bagi perkembangan tidak hanya organisasi PPWI tapi juga kegiatan keperwartaan-masyarakat secara meluas dan tertata baik. Setidaknya, dengan lahirnya 8 Dewan Pengurus Daerah (DPD) PPWI dan 11 Dewan Pengurus Cabang (DPC) PPWI akan membuka ruang yang lebih lebar bagi setiap anggota masyarakat untuk berkreasi-berkarya memaksimalkan potensi pikir dan kreativitas masing-masing dalam mengekspresikan kehendak alamiah-nya sebagai manusia yang memiliki harapan, cita-cita, dan inspirasi bagi masa depannya baik secara individu maupun bersama-sama anggota komunitasnya. Hingga di penghujung tahun 2010 ini, kepengurusan PPWI di daerah yang sudah terbentuk adalah sebagai berikut:

1. DPD PPWI DI Yogyakarta
2. DPD PPWI Sumatera Selatan
3. DPD PPWI Sulawesi Tenggara
4. DPD PPWI Jawa Tengah
5. DPD PPWI Sulawesi Selatan
6. DPD PPWI Sumatera Utara
7. DPD PPWI Sulawesi Utara
8. DPD PPWI Sulawesi Barat
9. DPC PPWI Subang (Jawa Barat)
10. DPC PPWI Siak (Riau)
11. DPC PPWI Padangpanjang (Sumatera Barat)
12. DPC PPWI Luwu (Sulawesi Selatan)
13. DPC PPWI Malang (Jawa Timur)
14. DPC PPWI Blitar (Jawa Timur)
15. DPC PPWI Minahasa (Sulawesi Utara)
16. DPC PPWI Labuhanbatu (Sumatera Utara)
17. DPC PPWI Selayar (Sulawesi Selatan)
18. DPC PPWI Manado (Sulawesi Utara)
19. DPC PPWI Pelalawan (Riau)

Kepengurusan PPWI di berbagai wilayah tersebut di atas didedikasikan kepada masyarakat dan bertugas sebagai ujung tombak bagi sebuah perubahan dan kemajuan peradaban masyarakat Indonesia, melalui pembangunan paradigma baru dalam “mengunyah dan mencerna” informasi yang disajikan oleh media massa.

Pada sisi lain, dengan keberadaan kepengurusan PPWI di tengah-tengah masyarakat, setiap orang dan komunitas akan memiliki semangat dan keteguhan hati untuk mengambil bagian dalam kerja besar berbagi informasi antar anggota masyarakat menggunakan media massa. Hal ini penting terutama jika dikaitkan dengan budaya transparansi dan akuntabilitas di masyarakat kita yang masih tergolong rendah antara satu pihak dengan pihak yang lainnya, terutama dari pihak pemegang otoritas politik, sosial, dan ekonomi. Keraguan untuk berkarya-mewarta menggunakan segala sarana/prasaran media yang ada kiranya tidak lagi menghinggapi setiap warga, sehingga kebutuhan manusiawi kita untuk berkomunikasi dan mendapatkan informasi seluas-luasnya dapat terpenuhi.

Program kegiatan PPWI dari tahun ke tahun sudah semakin berkembang baik. Tahun 2010 telah memberikan berbagai momentum indah dan amat berkesan bagi PPWI. Dengan dukungan dan kerja keras pengurus dan anggota PPWI di daerah-daerah, berbagai kegiatan, terutama di bidang edukasi masyarakat dapat terlaksana dengan baik. Kolaborasi dengan berbagai pihak dan mitra kerja PPWI telah menghasilkan sinergi yang positif sehingga usaha pengembangan peradaban bangsa-bangsa di nusantara dapat berjalan dengan baik walau pelan dan masih diliputi berbagai kelemahan dan kekurangan di sana-sini.

Beberapa event besar yang disejalankan dengan acara peresmian kepengurusan daerah/cabang, dapat disebutkan sebagai berikut:

1. Festival Sisingaan Mini di Subang, Jawa Barat, hasil kerjasama dengan Direktorat Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia.

2. Pendidikan dan latihan jurnalistik bagi siswa SLTA dan humas Pemerintah Daerah Kabupaten Pati, Jawa Tengah, kerjasama PPWI Jateng dengan Pemda dan beberapa mitra kerja.

3. Pendidikan dan Pelatihan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional di Subang, hasil kerjasama PPWI dengan Kementrian Agama Kabupaten Subang, dan organisasi PMII Subang.

4. Workshop Intensif Jurnalistik II di Yogyakarta, kerjasama PPWI Yogyakarta dengan Universitas Negeri Yogyakarta dan berbagai media massa di wilayah tersebut.

5. Pendidikan dan Pelatihan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Tingkat Internasional di Luwu, Sulawesi Selatan, hasil kerjasama PPWI Luwu dengan Kementrian Agama dan Dinas Pendidikan Kabupaten Luwu.

6. Workshop on Media Relationship bagi Wartawan dan Pejabat Kehumasan di Kota Padangpanjang, Sumatera Barat.

7. Dialog antar Generasi bagi Guru-guru PPKN se Sulawesi Utara di Manado, kerjasama PPWI dengan Kesbangpol Kemdagri.

8. Seminar Internasional tentang Pendidikan Berbasis Teknologi Informasi di Siak Sri Indrapura, Riau, kerjasama PPWI Siak dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Siak dan berbagai organisasi di wilayah tersebut.

9. Seminar Internasional dengan tema “Saatnya Guru Menulis” di Padangpanjang, kerjasama PPWI Padangpanjang dengan pemerintah daerah dan Diniyah Putri Padangpanjang.

10. Mengikuti pameran pada acara Pameran INKOWAPI (Induk Koperasi Wanita Pengusaha Indonesia), di Grand Hall Thamrin City, Kebon Kacang, Jakarta Pusat.

Bercermin dari pencapaian kemajuan PPWI di tahun 2010, segenap pengurus dan anggota PPWI sangat optimis untuk melakukan akselerasi program kegiatan di tahun 2011 mendatang. Semangat itu didukung juga oleh spirit angka 2011 yang pada tahun tersebut, PPWI akan merayakan Ulang Tahun-nya yang ke-4, tepat pada tanggal 11 November 2011 atau 11-11-11, the triple eleven! Tentu saja, dukungan dan kerjasama yang harmonis sesuai salah satu motto PPWI: “berkolaborasi, bukan kompetisi, apalagi bertikai” akan menjadikan proses bekerja-berkarya kita selama tahun 2011 akan berjalan lancar dan mencapai hasil yang diinginkan.

Dari interaksi dan pola-bekerjasama PPWI dengan berbagai pihak selama ini, kiranya pada tempatnya PPWI menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tiada terhingga kepada semua pihak, baik di jajaran pemerintah pusat dan daerah maupun di kalangan dunia usaha dan organisasi kemasyarakatan. Tanpa dukungan, bantuan dan sinergitas yang harmonis dari setiap mitra-sahabat PPWI, segala rencana dan rancangan kegiatan bersama PPWI tidak akan terjadi sesuai harapan. Sekali lagi, terima kasih.

Menilik dan membandingkan eksistensi PPWI di 2 tahun sebelumnya, dapatlah dikatakan bahwa di tahun 2010 PPWI belajar keluar dari cangkang (kulit keras telur unggas) inkubatornya dan siap untuk menapaki hari-harinya dengan kepak yang mulai mengembang. Dengan dukungan seluruh anggota PPWI di seluruh Indonesia dan mitra-kerja PPWI serta masyarakat di setiap sudut negeri, kita satukan semangat, tekad, dan kekuatan bersama, melanjutkan kerja dan karya menuju cita-cita bersama: mewujudkan komunitas masyarakat Indonesia yang cerdas, terutama cerdas mencerna informasi dan memberikan informasi di media massa demi kemajuan peradaban bangsa kita. Untuk itu, satu tema sentral PPWI yang ditetapkan bersama untuk tahun mendatang adalah : Tahun Pewarta Warga Indonesia 2011 (Indonesian Citizen Journalist Year 2011).

Kepada seluruh anggota PPWI dan masyarakat Indonesia, kami ucapkan Selamat Memasuki Tahun 2011, penuhilah hari demi hari di tahun pengharapan ini dengan kerja dan karya-karya bagi kemajuan peradaban bangsa-bangsa di nusantara. Bravo PPWI… Sukseskan Tahun Pewarta Warga Indonesia 2011.

Jakarta, 31 Desember 2010

Salam hangat,

Ketua Umum PPWI,
Wilson Lalengke

Sekretaris Jenderal,
Ruslan Andy Chandra

Jumat, 24 Desember 2010

PPWI Raih Juara Pertama


KOPI, PPWI secara tak terduga meraih predikat Peringkat Pertama (Juara I) sebagai penampil Stand Pameran Terbaik dalam kegiatan Pameran INKOWAPI (Induk Koperasi Wanita Pengusaha Indonesia) yang berlangsung empat hari di Grand Hall Thamrin City, Kebon Kacang, Jakarta Pusat. Penyerahan Piala dilakukan langsung oleh Ketua Inkowapi, Ir. Sharmila, M.Si di panggung terbuka Grand Hall Thamrin City tadi sore (Kamis, 23/12/2010) kepada Ketua Umum PPWI, Wilson Lalengke.

Pada pameran yang dilaksanakan dari tanggal 20 s/d 23 Desember 2010 tersebut diikuti oleh sekitar 60 stand (booth) dari berbagai instansi, koperasi, UKM, dan institusi lainnya. Hadir juga dalam pameran ini belasan bank baik bank pemerintah maupun swasta, baik skala bank nasional maupun bank daerah.

Ketua Umum PPWI merasa bangga atas penghargaan kejuaraan tersebut dan berterima kasih atas semua dukungan, partisipasi, dan doa dari seluruh anggota PPWI di seluruh Indonesia, teristimewa kepada anggota PPWI yang sudah bekerja keras langsung di tempat pameran. "Saya bersyukur atas penghargaan Juara I ini, yang tentu saja merupakan hasil dari kerjasama semua anggota PPWI, baik yang terlibat langsung di lokasi pameran maupun dari rekan-rekan anggota PPWI di seluruh Indonesia," ujar Wilson ketika dimintai tanggapannya.

"Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan apresiasi dan terima kasih dari seluruh anggota PPWI dan masyarakat Indonesia atas prestasi PPWI kali ini. Piala kejuaraan itu hakekatnya adalah untuk kita semua, adalah prestasi seluruh anggota PPWI di mana saja tanpa kecuali," tegas Wilson lagi.

Selama pameran, pengunjung cukup antusias dan banyak berdiskusi dengan para anggota PPWI yang menunggui stand PPWI. Mereka juga tertarik melihat aktivitas yang telah dan akan dilakukan PPWI selama ini. Apalagi, saat ini kebutuhan masyarakat terhadap media dan publikasi yang berpihak kepada mereka merupakan sesuatu yang sulit didapatkan.

"Selama ini, umumnya media massa kita lebih banyak menyuarakan kepentingan para elit politik dan penguasa, bila tidak, mereka justru jadi corong para yang empunya uang saja," keluh seorang pengunjung dari Madura, yang juga adalah seorang aktivis LSM yang amat prihatin dengan kondisi kerajinan batik tulis Madura yang makin hilang dari peredaran.

Penghargaan yang diberikan Panitia Pameran kiranya akan menjadi pemacu semangat bagi PPWI dalam melakukan yang terbaik bagi masyarakat kelas bawah yang menjadi konsern bagi INKOWAPI. "Ya, selamat untuk PPWI atas stand terbaiknya, dan saya berharap prestasi Juara I yang diraih kali ini akan memberi inspirasi dan motivasi bagi pengurus dan anggotanya untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat kecil, yang selama ini termarginalkan, baik secara politik, sosial, apalagi ekonomi," demikian ungkap Ir. Sharmila, M.Si kepada pewarta KOPI.

Selamat untuk PPWI!

Selasa, 21 Desember 2010

Makna Pepatah MINANGKABAU


Alam Takambang Dijadikan Guru
(Alam terkembang jadi guru) :

Satinggi tinggi malantiang,
Mambubuang ka awang-awang,
Suruiknyo katanah juo.
Sahabih dahan dengan ranting,
Tereh panguba barunyo nyato.

(setinggi melempar,
membumbung ke awang-awang,
kembali jatuh ke tanah juga.
Sehabis dahan dengan ranting,
dikubak dikulit batang,
teras pengubar itulah nyato).

untuk mencapai tujuan pepatah tersebut, terlebih dahulu kita harus meninjau kembali kaidah-kaidah adat yang dihimpun dalam pepatah, petitih, guridam, mamang, bidal, seperti :

panakiak pisau sirawik,
ambiak galah batang lintabuang,
silodang ambiak keniru.
Nan satitiak jadikan lawik,
Nan sakapa jadikan gunuang,
Alam talambang jadikan guru.

( penakik pisau siraut,
ambil galah batang lintabung,
selodang ambil untuk niru.
Yang setetes jadikan laut,
yang sekepal jadikan gunung,
alam terkembang jadikan guru).

Pepatah ini mengadung arti agar manusia selalu berusaha menyelidiki, membaca, serta mempelajari ketentuan-ketentuan yang terdapat pada alam semesta sehingga dari penyelidikan yang dilaksanakan berkali-kali akan diperoleh suatu kesimpulan yang dapat dijadikan guru dan iktibar tempat menggali pengetahuanyang berguna bagi manusia.

Ketentuan-ketentuan alam yang disusun menjadi pepatah-petitih yang diganbarkan dengan berbagai bentuk dan corak ada yang dinyatakan secara langsung, dan ada yang secara tidak langsung. Tetapi pada umumnya bertindak dan menyusun pergaulan hidup berdasarkan ketentuan dalam alam itu.


Inilah yang dimaksud gurindam dalam adat:

Malangkah diujuang padang,
basilek di ujuang karih,
kato salalu baumpamo,
rundingan banyak bamisalan.

(Melangkahdi ujung pedang,
bersilat di ujung keris,
kata-kata selalu berumpama,
rundingan selalu berkiasan).

Bahwa alam terkembang merupakan sumber dasar adat minangkabau. Pokok dalam ajaran adat seperti “kata mufakat” yang menjadi tempat bertolak bagi setiap usaha untuk mencapai sesuatu yang baik dalam terlaksananya aturan adapt demi tercapainya kebahagiaan dalam masyarakat.
Yang merupakan sumber dari kata mufakat dari ketentuan alam ialah “air”, seperti:

Bulek aia ka pambuluah,
bulek kato ka mufakat,
bulek baru digolekkan,
tipih baru dilayangkan.

(Bulet air dengan pembuluh,
bulat kata dengan mufakat,
bulat baru digolekkan,
tipis baru dilayangkan).

Air sebagai alam yang mempunyai ketetuan yang khas, merupakan pilihan bagi nenek moyang orang minangkabauuntuk mencari pokok hukum bermusyawarah untuk mendapatkan kata sepakat yang sungguh-sungguh bulat.

Menurut ketentuan alam terkembang, suatu benda yang tidak benar-benar bundar, tidaklah dapat digolekkan menurut semestinya. Begitupun benda yang tidak sempurna tipis tidak akan bisa melayang menurut semestinya pula. Selanjutnya menurut ketentuan alam juga:

Saciok bak ayam,
sadanciang bak basi,
data balantai papan,
licin balantai kulik,
tapawik makanan lantak,
takuruang makanan kunci.

(Seciap umpama anak ayam,
sedencing umpama besi,
datar berlantai papan,
licin berlantai kulit,
terpaut diberi lantak,
terkurung diberi kunci).

Menurut ketentuan alam diingatkan dalam mendapatkan kata sepakat, dengan bunyi, sehingga kesatuan pendapat tersebut dapat mengujudkan satu kata dan perbuatan.
Datar berlantai papan, licin berlantai kulit artinya tidaklah mungkin suatu benda alam yang bundar bisa bergolek dengan rata dan lancer. Yang menjadi tujuan dalam adat minangkabau bermufakat dalam mencapai sesuatu ialah agar:

Golek tibo dinan data,
golek indak bagolek lai,
karano talatak suatu ditampeknyo,
nan manuruik aluah nan patuik.

(Golek tiba pada tempatnya,
golek tidak akan bergolek lagi,
karena telah terletak sesuatu pada tempatnya,
menurut sesuatu yang dapat dimakan akal).

Pertentangan, perselisihan dan sebagainya dalam masyarakat disebabkan karena sesuatu tidak terletak pada tempatnya. Akibat sesuatu tidak tercapai sasarannya sehingga akhirnya, menurut pepatah, sesuai dengan ketentuan alam yang nyata:

Rumah sudah tokok babunyi,
api padam puntuang barasok,
minyak habih samba tak lamak,
arang abi basi binaso.

(Rumah sudah tokok berbunyi,
api padam puntung berasap,
minyak habis sambal tak enak,
arang habis besi binasa).

Suatu kata sepakat yang bulat di dalam adat, lumrah terjadi perbedaan pendapat. Karena berbeda pendapat adalah disebabkan berbeda-beda tingkatan ilmu pengetahuan manusia, hal ini juga dinyatakan dengan ketentuan yang terdapat dalam alam seperti kata pepatah:

Pincang biduak rang tiku,
didayuang sambia manungkuik,
basilang dalam tungku,
baitu api mangko hiduik.

(Pincalang biduk orang tiku,
didayung sedang menelungkup,
bersilang kayu di dalam tungku,
begitu apibaru mau hidup).

Berbeda pendapat adalah suatu petanda dinamika manusia dalam berpikir, yang dilarang oleh adat adalah berpecah-belah. Segala sesuatu dapat dirasakan ke dalam diri tentang akibat tersebut, Yakni:

Nan elok dek awak,
katuju pulo dek urang.

(Yang baik bagi kita,
juga baik bagi orang).

Ketentuan adat yang merupakan peraturan yang harus ditaati yang berhubungan pergaulan hidup orang dengan orang, masyarakat dengan masyarakat lainnya, menurut ketentuan alam yang dijadikan pepatah seperti:

Nan kuriak kundi,
nan merah sago,
nak baiek budi,
nan endah baso.

(Yang kurik kundi,
yang merah saga,
yang baik adalah budi,
yang indah ialah basa-basi).

Pepatah tersebut bertujuan bahwa di dalam pergaulan hidup yang sangat penting ialah berbudi pekerti sesamanya.

Senin, 20 Desember 2010

Mustika Minang Kabau


Nilai nilai yang merupakan mustika berharga, yang terkandung dalam pepatah-petitih adat yang sangat filosopis. Sekaligus memperjalaskan hubungan ajaran adat minangkabau dengan ajaran syarak ( agama islam) sehingga melahirkan pepatah yang berbunyi :

Adat basandi syarak,
Syarak basandi kitabullah,
Syarak mangato adat mamakai,
Gantang di budi caniago,
Cupak dikato rang piliang,
Adat mamakai syarak mangato,
ujuik satu balaian jalan.

Kehidupan yang senantiasa menghayati dan mengamalkan ajaran budi pekerti yang luhur sesamanya seperti yang disebutkan dalam pepatah :

Nan kuriak iyolah kundi,
Nan merah iyolah sago,
Nan baiak iyolah budi,
Nan endah iyolah baso.

Dalam ajaran adat minangkabau disebutkan bakato kieh ( kiasan) seperti yang dimaksudkan oleh pepatah adapt :

Malangkah di ujuang padang,
Basilek di pangka karih,
Kato salalau baumpamo,
Rundiang selalu bakiasan.

Untuk dapat memahami dengan baik dan benar kita harus mampu membaca pengertian yang “tersirat” dalam pepatah-petitih tersebut selain membaca nan “tersurat”, karena pepatah mengatakan :

Kulik maia ditimpo batin,
Batin ditimpo galo-galo,
Dalam lahia ado babatin,
Dalam batin bahakikat pulo,

Rumah gadang bari bapintu,
Nak tarang sampai ka dalam,
Jikok dibalun saleba kuku,
Kalau dikambang saleba alam,
Bago sagadang bijo labu,
Bumi jo langik ado di dalam,

Lutiak-latiak taba ka pinang,
Jatuah badarai silaronyo,
Aia satitiak dalam pinang,
Sinan bamain ikan rayo.

Arti pepatah-petitih diatas, pepatah-petitih tempat menghimpun segala ketentuan dan hukum untuk mengatur masyarakat, mempunyai ruang lingkup yang luas baik moriel, materiel, mental, dan spiritual.
Pepatah-petitih adat mengandung pengertian yang sangat filosofis yang perlu dijabarkan dengan raso, pareso, malu, sopan, menurut adat minangkabau. Pengertian pepatah-petitih harus dijabarkan dengan mengetahui maksud pepatah adapt :

Tahu di erang dengan gendang,
Tahu di raso jo pareso,
Tahu di kilek dengan baying,
Tahu di alamat dengan sampai,
Alun bakilek lah bakalam,
Bulan lah sangkok tigo puluah,
Balun diliek lah dimakan,
Raso lah tibo dalam tubuah.

Takilek ikan dalam aia,
Ikan takilek jalo tibo,
Tantu jantan batinonyo.

Cawek nan dari mandiangin,
Dibaok nak urang ka biaro,
Takilek rupo dalam camin,
Inyo dibaliak itu pulo.

Ajaran adat minangkabau dengan Iman atau aqidah dan syari’ah. Sehingga disebut dalam pepatah :
Adat basandi syarak (Islam)
Syarak basandi Kitabullah (Al-qur’an)

Ketentuan atas kekurangan dan kekhilafan yang dijumpai, seperti kata pepatah :

Tak ado gadiang nan tak ratak,
Tak ado tupai nan tak gawa,
Manusia basifat kilaf,
Nan qadim hanyo sifat Allah.